tag:blogger.com,1999:blog-30057957157659374982024-03-13T00:50:42.965-07:00Dari Ikan Nila Puluhan Juta Rupiah DitanganSebuah PengalamanUnknownnoreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-73593093819599572972009-02-22T21:32:00.000-08:002009-03-19T21:46:43.268-07:00Puluhan juta setiap bulan dari sangkal nila<div style="text-align: justify;">Nila bukan ikan mahal. Harganya paling rendah diantara ikan-ikan lainnya. Di Jawa Barat, harga nila konsumsi tidak lebih dari sepuluh ribu, lebih rendah dari ikan mas dan lele. Demikian juga dengan harga benihnya. Meski paling murah, namun bukan berarti budidaya ikan nila tidak menguntungkan. Puluhan juta setiap bulan bisa diperoleh. Inilah yang ingin saya ungkapkan.<br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSw67e9_bt5jBofmjOfr6ExYwa1DpnpwLPFdThnNSRJRtyoV7AtjuICaALEjQ0ci04UOG5f_CkGN-FkQbuSJWm_7MhC9IbO8UOaY8720dy6ivMeOhotcCwATlmn1tflDeFQDF-mFrllWA/s1600-h/N+gesit+2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 107px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSw67e9_bt5jBofmjOfr6ExYwa1DpnpwLPFdThnNSRJRtyoV7AtjuICaALEjQ0ci04UOG5f_CkGN-FkQbuSJWm_7MhC9IbO8UOaY8720dy6ivMeOhotcCwATlmn1tflDeFQDF-mFrllWA/s200/N+gesit+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5309845755706015618" border="0" /></a><span style="font-size:100%;">Blog ini hanya berisi tujuh tulisan. Tetapi tulisan tersebut penting untuk diketahui, terutama bagi anda yang ingin memulai usaha dibidang perikanan, atau anda yang dulu pernah gagal, tapi ingin memulai lagi. Apa yang ingin saya ungkapkan ini betul-betul terjadi. Sedang anda yang belum berminat, simpan saja dulu informasi ini. Karena itu jangan beranjak dulu, bacalah semua artikelnya.</span><span style="text-decoration: underline;font-size:100%;" ><br /></span></div><ul><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/nila-sebuah-pengalaman.html">Sebuah pengalaman</a><o:p></o:p></span></li><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/analisis-tingkat-kelangsungan-hidup.html">Analisis tingkat kelangsungan hidup</a><o:p></o:p></span></li><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/analisis-kebutuhan-lahan-pembenihan.html">Analisis kebutuhan lahan pembenihan</a><o:p></o:p></span></li><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/analisis-biaya-pengadaan-induk-nila.html">Analisis biaya pengadaan induk</a><o:p></o:p></span></li><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/skedul-produksi-sangkal-nila.html">Skedul produksi sangkal nila</a> <o:p></o:p></span></li><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/analisis-usaha-produksi-sangkal-nila.html">Analisis usaha produksi sangkal nila skala 2 ton</a><o:p></o:p></span></li><li><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;" ><a href="http://sangkalnila.blogspot.com/2009/02/kontak-kami.html">Kontak kami</a><o:p></o:p></span></li></ul><ul> </ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"> Pertama, pangsa pasar nila sangat luas. Nila bisa dijual di pasar domestik dan pasar internasional. Di dalam negeri, nila dikonsumsi berbagai kalangan, mulai kalangan bawah hingga kalangan atas. Permintaan pasarnya tetap tinggi, namun pasokannya masih rendah. Hal ini terjadi juga dengan pasar internasional. Inilah peluang yang sangat baik untuk dimanfaatlkan.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKj-0Ve3AM5Orjhd58WUKRyubfLvIPnXgsZZspwm2unPaHOnoQjpTu0p1zhiMdCIU0sCti0SWgL9ZFTNidlxDuCGqM7GrHixmBmZtlt8e9AJW-_pdEe3hiVbd1LYSjy9RQHPyiX_bR-mk/s1600-h/Nl+merah+3.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 107px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKj-0Ve3AM5Orjhd58WUKRyubfLvIPnXgsZZspwm2unPaHOnoQjpTu0p1zhiMdCIU0sCti0SWgL9ZFTNidlxDuCGqM7GrHixmBmZtlt8e9AJW-_pdEe3hiVbd1LYSjy9RQHPyiX_bR-mk/s200/Nl+merah+3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5309846120473082930" border="0" /></a><span style="font-size:100%;">Kedua, harga jualnya lebih tinggi dari biaya produksi. Sebagai contoh, benih yang berukuran 3 – 5 cm bisa dijual dengan harga enam puluh rupiah, sedangkan biaya produksi hanya paling tinggi empat puluh. Pada benih ukuran lainpun sana. Bahkan pada pemeliharaan di keramba jaring apung tidak perlu mengeluarkan biaya pakan, karena dapat memanfaatkan pakan sisa.<br /><br />Ketiga, cara budidaya nila sangat mudah, mulai dari pembenihan hingga pembesaran. Karena ikan nila bisa memijah secara alami atau tidak perlu dengan pemijahan buatan. Pemijahan alami lebih sulit. Selain harus dengan keahlian khusus, juga diperlukan berbagai peralatan dan sarana produksi lain. Sedangkan pemijahan nila tidak seperti itu, cukup ditebar di kolam, sudah bisa memijah sendiri.<br /><br />Keempat, nila merupakan ikan yang tahan banting. Karena mudah beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap perubahan lingkungan dan tahan terhadap serangan penyakit. Berbeda dengan ikan mas dan lele dumbo. Berbagai masalah selalu timbul. Bahkan nila bisa dipelihara di air payau dan laut, asalkan diadaftasikan terlebih dahulu.<br /><br />Itulah empat alasan utama kenapa budidaya nila menuntungkan, disamping masih ada alasan lain. Namun yang jelas, saya memiliki keyakinan bahwa nila bisa membuat orang kaya. Puluhan juta setiap bula bisa diperoleh. Tidak perlu sampai pembesaran, cukup dari produksi sangkal. Bagaimana perjalanan usaha tersebut dan apa saja kata kuncinya, bacalah semua tulisannya.</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-57219413339039025172009-02-22T16:16:00.000-08:002009-02-22T19:37:07.655-08:00Nila, Sebuah pengalaman<div style="text-align: justify;">Puluhan juta rupiah bisa diperoleh setiap bulan dari sangkal nila. Tulisan ini diambil berdasarkan pengalaman, kemudian dikaji ulang dengan melalui perhitungan, sehingga ditemukan berbagai angka kunci. Yaitu luas lahan minimal yang harus disediakan, jumlah induk yang harus dimiliki, besarnya modal yang harus dikeluarkan, serta skedul pemeliharaan dan analisis usaha.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYPr4EZtDiQymL2wMcN4y9T6FCp3L0YbKawtygtOud-LZV6-vRk4nEnESV-TWzwpelaEBTnTbsMaBclPg8PLn7fnJQwNaIablfd9iv96bqZ8gjWvZLBEZpHrGiUaFFNkc2qM5y4FB7zzQ/s1600-h/N+gesit+2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 107px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYPr4EZtDiQymL2wMcN4y9T6FCp3L0YbKawtygtOud-LZV6-vRk4nEnESV-TWzwpelaEBTnTbsMaBclPg8PLn7fnJQwNaIablfd9iv96bqZ8gjWvZLBEZpHrGiUaFFNkc2qM5y4FB7zzQ/s200/N+gesit+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5305829438719354322" border="0" /></a>Sebelum mengungkapkan angka-angka tersebut, saya akan bercerita dulu tentang pengalaman ini. Tahun 1998 hingga 2005, saya pernah jadi konsultan. Beberapa farm telah menjadi binaan, termasuk farm-farm seorang artis terkenal dan orang-orang-orang besar lainnya. Namun yang akan saya ceritakan bukan farm-farm mereka, tetapi salah satu farm di Bogor milik salah seorang pengusaha.<br /><br />Farm tersebut berlokasi di Ciampea, 20 km sebelah barat pusat kota Bogor, dengan luas total 6 hektar, termasuk kolam pemijahan dan kolam pendederan. Waktu memulai, puluhan ribu induk nila sudah siap, dipelihara di 60 kolam air deras. Konon kata pengusaha itu, benih yang ditanam didatangkan dari berbagai daerah di Jawa Barat. Namun tentu saja tidak semuanya aik untuk dijadikan induk.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl3I8x7NuHh9aN5jkXEplcye3Rp5ORyAZPL9sXflJOJALRbFrDlTQuLzDGnl2SzUjBOAMUjXjxrHr8-4hbxsvrKLe6Mu6Kgd1tZcmu3JTEjDUM08jmzpPdwlJgY94V8_JtZtuKrMSEPuU/s1600-h/Nl+merah+3.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 107px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl3I8x7NuHh9aN5jkXEplcye3Rp5ORyAZPL9sXflJOJALRbFrDlTQuLzDGnl2SzUjBOAMUjXjxrHr8-4hbxsvrKLe6Mu6Kgd1tZcmu3JTEjDUM08jmzpPdwlJgY94V8_JtZtuKrMSEPuU/s200/Nl+merah+3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5305830846862707810" border="0" /></a>Dengan kondisi seperti itu, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi induk-induk tersebut, yaitu mengambil induk-induk yang berkualitas baik, menurut pandangan saya. Hampir sebulan saya melakukannya, dibantu seorang teman. Dari kegiatan induk saya mendapatkan kurang lebih 6.000 ekor induk, yang terdiri dari 4.500 betina dan 1.500 jantan.<br /><br />Langkah kedua adalah merubah kontruksi 10 buah kolam pemijahan, karena kolam-kolam tersebut tidak sesuai dengan kontruksi kolam yang saya kehendaki. Lebih dari dua bulan pekerjaan baru selesai. Sedangkan kontruksi 8 buah kolam pendederan, yang luasnya bervariasi antara 500 m2 hingga 2.000 m2, tidak dirubah karena sudah memenuhi syarat sebagai kolam pendederan.<br /><br />Pemijahan segera dimulai. Kolam diairi dan induk jantan dan betina ditebar, dengan perbandingan satu tiga. Pemeliharaan sama seperti ikan-ikan lainnya, yaitu memberi makan dan menjaga keadaan kolam. Setelah 2 mingg dilakukan panen larva. Namun hasilnya belum melimpah. Hanya rata-rata 20.000 saja per kolam. Larva dipelihara di kolam pendederan selama 3 bulan. Hasilnya belum memuaskan.<br /><br />Empat bulan kemudian, hasilnya semakin meningkat. Jumlah rata-rata larva setiap kolam tidak lagi 20.000 ekor, tetapi berkisar antara 50.000 hingga 100.000 ekor. Jadi 10 kolam pemijahan tersebut bisa menghasilkan 500.000 hingga 1.000.000 ekor setiap 2 minggu. Hasil dari kolam pendederan juga meningkat. Ternyata dari setiap kolam yang berukuran 1.500 – 2.000 bisa menghasilkan 2 - 3 ton.<br /><br />Dari hasil itulah saya bisa mengatakan bahwa puluhan juta rupiah bisa diperoleh setiap bulan. Sebuah kolam yang menghasilkan minimal 2 ton sangkal bisa menghasilkan uang sebanyak 20 juta, karena harga sangkal di Jawa Barat minimal sepuluh ribu rupiah. Jika anda memiliki 3 buah kolam pendederan, tentu anda sudah bisa menghitung berapa jumlah rupiah yang diperoleh.<br /><br />Itulah pengalaman saya. Terus terang saja, memang semua itu tidak saya dapatkan dan saya tidak menjadi orang yang bergelimang harta dan uang, karena saya tidak memiliki lahan, tidak memiliki induk dan tidak memiliki modal. Namun dari pengalaman itu kiranya telah menjadi gambaran buat saya bahwa ikan nila juga sebenarnya bisa membuat orang kaya.<br /><br />Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi buat anda.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-69555437461657161902009-02-22T16:15:00.000-08:002009-03-09T23:40:04.791-07:00Analisis tingkat kelangsungan hidup nila<div style="text-align: justify;">Saya yakin anda tidak langsung percaya begitu saja dengan pernyataan di atas. Karena kenyataannya masih banyak pembudidaya ikan yang berpenghasilan pas-pasan. Nah agar anda percaya, saya akan menyajikan sebuah analisis, yaitu analisis tingkat kelangsungan hidup nila di kolam pendederan. Semoga analisis ini bisa menambah kepercayaan anda.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6aC0G-IlvCl2PxUol6T7nBw_3i2rroe363FJhOQlnPQ8hnaPVRMgzUQv4TcYTMTDtGTimQJXow33KBbgFAqJgfrb6HWrMsdowKnyEtz2pO907Mc-03zBYWHkeLHNfdWwyFF4_JQc9qKM/s1600-h/Nl+merah+2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 111px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6aC0G-IlvCl2PxUol6T7nBw_3i2rroe363FJhOQlnPQ8hnaPVRMgzUQv4TcYTMTDtGTimQJXow33KBbgFAqJgfrb6HWrMsdowKnyEtz2pO907Mc-03zBYWHkeLHNfdWwyFF4_JQc9qKM/s200/Nl+merah+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5305834204698950546" border="0" /></a>Tingkat kelangsungan hidup, atau istilah kerennya survival rate (SR) adalah jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan. Untuk mengetahuinya digunakan rumus sederhana, yaitu jumlah ikan yang ditebar dikurangi dengan jumlah ikan yang hidup kali seratus persen. Namun untuk mempermudah perhitungan, saya akan menyisir mundur, dari akhir.<br /><br />Di atas sudah saya nyatakan bahwa sebuah kolam pendederan telah mengasilkan 2 – 3 ton sangkal nila. Seekor sangkal nila memiliki berat rata-rata 20 gram. Dalam satu kilo berisi 50 ekor, atau satu ton berisi 50.000 ekor. Jadi jika sebuah kolam menghasilkan 2 – 3 ton, berarti kolam tersebut telah menghasilkan 100.000 – 150.000 ekor.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglbmruP8uldIlfzqI8HTcXGVgQJ4nrafLZ4JIqGGWJULHb7SI2NOFsR1sAolsqxmwf34Dd39yfiGOi-71v78NFZ4SR417656lsQC_cVfFI6_7ZHrooobvl2GZbT3m_pVkeqaN4iLOOYIs/s1600-h/Nila+gesit+1.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 119px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglbmruP8uldIlfzqI8HTcXGVgQJ4nrafLZ4JIqGGWJULHb7SI2NOFsR1sAolsqxmwf34Dd39yfiGOi-71v78NFZ4SR417656lsQC_cVfFI6_7ZHrooobvl2GZbT3m_pVkeqaN4iLOOYIs/s200/Nila+gesit+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5305835092894007282" border="0" /></a>Untuk menghasilkan 100.000 – 150.000 sangkal, tentu jumlah larva yang ditebar melebihi jumlah tersebut. Karena selama masa pemeliharaan banyak ikan yang mati, atau mortalitas. Dalam beberapa referensi dinyatakan bahwa mortalitas itu berkisar antara 40 – 60 persen, atau rata-rata 50 persen. Kolam yang menghasilkan 100.000 sangkal, berarti jumlah larva yang ditebar sebanyak 200.000 ekor.<br /><br />Nah sekarang bagaimana keterkaitan antara data tersebut dengan penyataan dalam tulisan. Untuk memperjelasnya saya akan menyajikan berbagai data lain. Dulu di farm, jumlah kolam tidak imbang, kolam pemijahan melebihi kolam pendederan. Keadaan itu menyebabkan penebaran larva tidak teratur. Jumlah larva yang ditebar melebihi dari takaran.<br /><br />Saya ingat betul dengan sebuah kejadian. Waktu akan memanen lima kolam pemijahan, hampir semua kolam pendederan penuh. Hanya satu yang tersisa. Terpaksa larva dari lima kolam tersebut disatukan. Kalau dihitung jumlah larva yang ditebar mencapai kurang lebih 250.000 ekor. Karena hasil larva dari satu kolam pemijahan berkisar antara 50.000 – 100.000 ekor.<br /><br />Saya sempat khawatir dengan keadaan itu. Sayang larva sebanyak itu disatukan, bila pisahkan dalam 2 – 3 kolam, mungkin tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi. Namun kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Malah saya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Kolam tersebut menghasilkan 2,3 ton sangkal. Kejadian terulang kembali. Bahkan hasilnya lebih tinggi, 2,9 ton.<br /><br />Saya dan beberapa pekerja bengong dengan hasil tersebut. Saking banyaknya, pengangkutan ke kolam pendederan tidak lagi dipikul seperti biasanya, tetapi menggunakan truk yang memang sudah tersedia di farm tersebut. Jumlah yang memanen tidak lagi 2 – 3 orang, tetapi belasan orang. Yang lebih bengong lagi pemilik farm tersebut. Tentu saja karena senang.<br /><br />Soal hasil larva. Seperti sudah sudah saya nyatakan bahwa sebuah kolam pemijahan bisa menghasilkan larva sebanyak 50.000 – 100.000 ekor. Bagi pembudidaya nila, itu bukan hal yang aneh. Bahkan bisa lebih. Perhitungannya begini, sebuah kolam pemijahan yang luasnya antara 400 - 500 m2 biasanya diisi satu paket, 300 betina dan 100 jantan, atau kepadatan satu ekor setiap meter.<br /><br />Dari pengalaman menunjukan bahwa dalam setiap periode pemijahan, yaitu 2 minggu, induk betina yang memijah tidak lebih dari sepertiganya, atau 100 ekor. Setiap ekor induk nila dapat menghasilkan larva antara 500 – 1.500 ekor, tergantung ukuran. Para pakar perikanan sudah tahu soal itu. Jadi wajarlah bila sebuah kolam pemijahan bisa menghasilkan larva 50.000 – 100.000 ekor.<br /><br />Semoga tulisan ini bisa membuat anda percaya</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-42764191341827472512009-02-22T16:14:00.000-08:002009-02-23T01:13:56.164-08:00Analisis kebutuhan lahan pembenihan nila<div style="text-align: justify;">Tulisan ini utamanya ditujukan untuk anda yang sudah percaya dengan kedua tulisan di atas. Agar lebih percaya, anda bisa menanyakan kepada pakar-pakar perikanan di daerah anda, lalu mengkajinya kembali. Hal itu sangat penting untuk menumbuhkan keyakinan dalam diri anda. Karena keyakinan itu merupakan modal utama dalam setiap langkah kehidupan.<br /><br />Oh ya, sebelum anda berlanjut untuk membaca tulisan ini, alangkah baiknya ingat dengan salah satu kunci dalam usaha. Bahwa kunci sukses dalam usaha, bukan karena anda mampu meproduksi barang, tetapi karena anda mampu memasarkan. Karena itu, carilah informasi pasar sebanyak-banyaknya agar sangkal nila yang diproduksi bisa dijual.<br /><br />Soal analisis kebutuhan lahan, saya akan memulai dengan istilah pembenihan. Karena kegiatan yang kita dibahas hanya sekitar pembenihan, yaitu bagaimana memproduksi sangkal atau benih, sebagai sarana produksi dalam pembesaran. Dalam pembenihan ikan, termasuk ikan nila, ada dua kegiatan utama yang tidak bisa dilewatkan, yaitu pemijahan dan pendederan.<br /><br />Untuk menjalankan kedua kegiatan tersebut dibutuhkan minimal empat macam kolam, yaitu kolam pematangan gonad, kolam pemijahan, kolam penetasan dan kolam pendederan. Namun dalam pembenihan nila, kolam pematangan gonad dan penetasan tidak begitu penting, cukup pemijahan saja. Kolam pendederan juga cukup satu, kolam pendederan pertama saja.<br /><br />Untuk menampilkan data analisis kebutuhan lahan, saya akan merujuk pernyataan terdahulu, ketika saya kehabisan kolam pendederan. Sedangkan kolam pemijahan yang akan dipanen berjumlah lima. Jadi satu kolam pendederan dapat digunakan untuk ratusan ribu larva yang berasal dari lima buah kolam pemijahan. Karena hasilnya cukup memuaskan.<br /><br />Meski bisa dibilang cukup memuaskan, tetapi hasil tersebut masih bisa ditingkatkan. Karena panen larva dilakukan setiap dua minggu, sedangkan pendederan dilakukan selama tiga bulan, dengan persiapan kolam. Karena itu untuk lima kolam pemijahan dibutuhkan minimal enam buah kolam pendederan. Dengan jumlah tersebut, maka panen sangkal bisa dilakukan setiap dua minggu, atau dua kali sebulan.<br /><br />Dari pernyataan di atas, dapat dipastikan bahwa setiap paket pembenihan nila dibutuhkan lima buah kolam pemijahan dan enam buah kolam pendederan. Luas setiap kolam pemijahan berkisar antara 400 – 500 m2, sebut saja 500 m2 dan luas kolam pendederan rata-rata 2.000 m2. Jadi untuk menjalankan pembenihan nila dibutuhkan lahan seluas 1,45 hektar.<br /><br />Semoga tulisan ini bisa menumbuhkan minat anda</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-92064580096277978622009-02-22T16:12:00.000-08:002009-02-23T01:16:07.734-08:00Analisis biaya pengadaan induk nila<div style="text-align: justify;">Analisis ini didasarkan pada jumlah kolam pemijahan dan jumlah induk yang ditebar pada kolam tersebut. Namun sebelumnya, saya akan menginformasikan bagaimana cara mendapatkan induk-induk tersebut dan tanda-tanda induk yang baik. Karena jumlah induk yang dibutuhkan tidak sedikit dan kualitas benih yang dihasilkan harus berkualitas baik, agar hasilnya memuaskan.<br /><br />Ada berbagai cara untuk mendapatkan induk nila. Bagi pemula tak ada cara lain yang harus dilakukan, kecuali dengan membeli dari pihak lain. Namun untuk membeli induk nila tidak boleh sembarangan, karena harus diketahui asal usulnya. Apalagi saat ini banyak pihak yang mengaku memiliki induk yang baik, namun kenyataanya malah sebaliknya.<br /><br />Agar terhindar dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, maka sebaiknya membeli induk nila dari balai-balai penelitian perikanan. Karena keadaan induk-induk tersebut lebih baik dari pihak lainnya. Apalagi saat ini muncul berbagai varitas nila yang sudah dijamin mutunya, seperti nila gift, nila gesit, nila nirwana, nila best dan varitas lainnya.<br /><br />Namun membeli induk dari balai-balai penelitian perikanan terkadang tidak mudah. Selain pembelinya banyak juga jumlah induknya sangat terbatas, sehingga harus memesan terlebih dulu. Hanya ada satu cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan membeli dari pembudidaya lain yang telah dibina oleh balai penelitian perikanan. Meski begitu anda harus tahu caranya dan tanda induk yang baik.<br /><br />Berikut beberapa tip dalam membeli induk nila dari pembudidaya:<br /><ul><li>Belilah induk nila ketika masih calon induk kerena sebelum memijah biasanya induk tersebut harus beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya. Oleh sebab itu, induk-induk ini harus dibeli satu atau tiga bulan sebelumnya. Induk-induk tersebut dipelihara sampai matang gonad.</li><li>Belilah satu jenis kelamin nila di suatu tempat, misalnya betina saja, sedangkan induk jantan dibeli di tempat lain. Atau bisa juga dengan membeli jantan dan betina di satu tempat, tetapi harus membeli jantan dan betina di tempat lain. Kemudian mengawinkan antara jantan dari satu tempat dengan betina dari tempat lain, atau sebaliknya.</li></ul><br />Berikut tanda-tanda induk nila yang baik :<br /><ul><li>Berumur 5 – 6 bulan</li><li>Berukuran minimal 300 gram</li><li>Bentuk tubuh normal atau tidak cacat</li><li>Sisik besar dan tersusun rapi</li><li>Kepala relatip kecil</li><li>Berdaging tebal</li><li>Bergaris tubuh jelas</li><li>Warna perut putih</li><li>Gerakan lincah</li><li>Respon terhadap</li></ul>Untuk memperoleh induk tidak selalu harus membeli. Karena membeli harus dengan uang. Induk nila bisa diperoleh dari kegiatan sendiri. Cara yang paling baik dengan melakukan backcross atau mengawinkan anak dengan ibu atau bapaknya. Bila tidak backcross, bisa juga dengan mengawinkan antara anak-anaknya, tapi bukan satu keturunan.<br /><br />Untuk memperoleh induk yang berkualitas, benih hasil kegiatan di atas harus diseleksi. Seleksi ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama dilakukan pada benih hasil pendederan pertama, yaitu dengan memilih benih yang pertumbuhannya paling cepat, dan bentuk tubuhnya normal atau tidak cacat, sehat, gerakannya lincah dan respon terhadap pakan tambahan.<br /><br />Tahap kedua dilakukan pada benih hasil pendederan kedua dengan tanda-tanda yang sama. Tahap ketiga dilakukan pada benih hasil dari pendederan ketiga. Demikian seleksi dilakukan terus sampai menjelang calon induk dengan tanda-tangda yang sama. Dengan jalan seperti itu akan didapatkan calon-calon induk yang berkualitas baik.<br /><br />Dalam memilih calon induk ini ada sebagian pembudi-daya yang ingin mencari mudahnya saja, tanpa memi-kirkan efek sampingan, yaitu dengan mengawinkan induk-induk yang berasal dari satu keturunan hasil pilihan mereka. Padahal mengawinkan induk-induk dari satu keturunan dapat menyebabkan perkawinan dalam (inbreeding). Inbreeding dapat berakibat kurang baik, yaitu menurunnya kualitas benih yang dihasilkan, dimana pertumbuhannya akan lambat, tidak tahan pada perubahan lingkungan dan mudah terserang penyakit.<br /><br />Ada satu cara mudah untuk menghindari inbreeding, yaitu dengan mengambil salah satu jenis kelamin yang hasil seleksi tadi, sedangkan jenis kelamin lainnya mengambil dari daerah lain atau saling tukar dengan pembudidaya lain. Atau bisa juga membeli beberapa pasang induk dari daerah lain kemudian salah satu jenis kelaminnya dikawinkan dengan jenis kelamin yang dipunyai atau disilang. Induk-induk tersebut harus ditandai atau perputarannya harus dicatat agar mudah mengontrolnya.<br /><br />Informasi di atas cukup bagi anda dalam mendapatkan induk. Soal analisis biaya pengadaa induk gampang. Kalikan saja jumlah kolam pemijahan dengan jumlah induk yang ditebar, yaitu enam kolam kali 400 ekor. Berarti 2.400 ekor atau enam paket atau 600 jantan dan 1.800 betina. Harga satu paket induk rata-rata tiga juta. Jadi biaya untuk berjumlah delapan belas juta.<br /><br />Semoga tulisan ini bisa menjadi gambaran dalam menghitung biaya usaha.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-40341689753393079682009-02-22T16:11:00.000-08:002009-02-22T17:30:14.760-08:00Skedul produksi sangkal nila<div style="text-align: justify;">Skedul pemeliharaan sangat penting dalam usaha pembenihan. Namun skedul yang saya buat tidak mencakup persiapan lahan, pembuatan kolam dan pengadaan induk. Tetapi hanya menampilkan setiap kegiatan dalam pemeliharaan, yaitu mulai persiapan kolam pemijahan, masa pemijahan, panen larva, persiapan kolam pendederan, masa pendederan dan panen benih. (mohon tunggu)</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-49422864279891500052009-02-22T16:04:00.000-08:002009-02-22T16:05:24.402-08:00Analisis usaha produksi sangkal nila skala 2 ton<div style="text-align: justify;">Analisis ini didasarkan pda tiga faktor utama, yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap atau biaya oprasional dan pendapatan. Hasilnya bisa digunakan untuk menentukan keuntungan, biaya setiap kilogram (titik impas harga), jumlah sangkal yang harus diproduksi (titik impas produksi) dan masa pengembalian modal. (mohon tunggu)</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-79308858767475928652009-02-22T16:02:00.000-08:002009-02-25T18:58:28.713-08:00Info lain<div style="text-align: justify;">Semua tulisan di atas memang belum lengkap. Karena saya tidak mengungkap dengan detail cara memproduksi larva nila dan teknik pemeliharaan di kolam pendederan. Bila ditulis sangat panjang, karena menyangkut dengan kontruksi kolam pemijahan yang dibuat secara khusus, berbeda dengan kolam biasa. Untuk lebih jelasnya anda bisa hubungi saya setiap saat. Kita sama-sama bisnis. Anda ingin dapat untung, saya juga sama.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3005795715765937498.post-68473648972995778612009-02-22T16:01:00.000-08:002009-04-30T01:54:00.018-07:00Kontak KamiInformasi lebih lanjut :
<br />Hubungi : Usni Arie
<br />Kantor :
<br />Jalan Selabintana no 37 Sukabumi Jawa Barat
<br />Tilpon (0266 - 225 211)
<br />Rumah :
<br />Kp. Cipriangan RT 01 RW 06
<br />Desa Semplak Kecamatan Sukalarang
<br />Sukabumi
<br />HP 081 563 235 990
<br />email : bibaharie@gmail.com
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPersonal%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><span style="text-decoration: underline;"></span> Unknownnoreply@blogger.com0