Farm tersebut berlokasi di Ciampea, 20 km sebelah barat pusat kota Bogor, dengan luas total 6 hektar, termasuk kolam pemijahan dan kolam pendederan. Waktu memulai, puluhan ribu induk nila sudah siap, dipelihara di 60 kolam air deras. Konon kata pengusaha itu, benih yang ditanam didatangkan dari berbagai daerah di Jawa Barat. Namun tentu saja tidak semuanya aik untuk dijadikan induk.
Dengan kondisi seperti itu, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi induk-induk tersebut, yaitu mengambil induk-induk yang berkualitas baik, menurut pandangan saya. Hampir sebulan saya melakukannya, dibantu seorang teman. Dari kegiatan induk saya mendapatkan kurang lebih 6.000 ekor induk, yang terdiri dari 4.500 betina dan 1.500 jantan.
Langkah kedua adalah merubah kontruksi 10 buah kolam pemijahan, karena kolam-kolam tersebut tidak sesuai dengan kontruksi kolam yang saya kehendaki. Lebih dari dua bulan pekerjaan baru selesai. Sedangkan kontruksi 8 buah kolam pendederan, yang luasnya bervariasi antara 500 m2 hingga 2.000 m2, tidak dirubah karena sudah memenuhi syarat sebagai kolam pendederan.
Pemijahan segera dimulai. Kolam diairi dan induk jantan dan betina ditebar, dengan perbandingan satu tiga. Pemeliharaan sama seperti ikan-ikan lainnya, yaitu memberi makan dan menjaga keadaan kolam. Setelah 2 mingg dilakukan panen larva. Namun hasilnya belum melimpah. Hanya rata-rata 20.000 saja per kolam. Larva dipelihara di kolam pendederan selama 3 bulan. Hasilnya belum memuaskan.
Empat bulan kemudian, hasilnya semakin meningkat. Jumlah rata-rata larva setiap kolam tidak lagi 20.000 ekor, tetapi berkisar antara 50.000 hingga 100.000 ekor. Jadi 10 kolam pemijahan tersebut bisa menghasilkan 500.000 hingga 1.000.000 ekor setiap 2 minggu. Hasil dari kolam pendederan juga meningkat. Ternyata dari setiap kolam yang berukuran 1.500 – 2.000 bisa menghasilkan 2 - 3 ton.
Dari hasil itulah saya bisa mengatakan bahwa puluhan juta rupiah bisa diperoleh setiap bulan. Sebuah kolam yang menghasilkan minimal 2 ton sangkal bisa menghasilkan uang sebanyak 20 juta, karena harga sangkal di Jawa Barat minimal sepuluh ribu rupiah. Jika anda memiliki 3 buah kolam pendederan, tentu anda sudah bisa menghitung berapa jumlah rupiah yang diperoleh.
Itulah pengalaman saya. Terus terang saja, memang semua itu tidak saya dapatkan dan saya tidak menjadi orang yang bergelimang harta dan uang, karena saya tidak memiliki lahan, tidak memiliki induk dan tidak memiliki modal. Namun dari pengalaman itu kiranya telah menjadi gambaran buat saya bahwa ikan nila juga sebenarnya bisa membuat orang kaya.
Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi buat anda.